Selasa, 20 Desember 2011
Penilaian Kinerja Guru (PKG), Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Angka Kredit dan Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Informasi terbaru bahwa Pemberian sertifikasi bagi guru ternyata dibarengi dengan konsekuensi2 yang harus dihadapi oleh guru. Guru semakin ditantang (wah serem....) dengan kompetensi kompetensi yang harus dikuasai. Salah satunya dengan disempurnakannya penilaian kinerja guru (PKG), diikuti dengan PKB serta keterkaitannya dengan angka kredit bagi guru. Untuk guru pemula juga disediakan program induksi guru yang harus dilalui kurang lebih 1 sd 2 tahun dibawah bimbingan guru senior sebelum menyandang jabatan guru.
untuk lebih jelasnya dapat dibaca di buku pedoman dibawah ini.
Minggu, 30 Oktober 2011
Buku Fisika BSE Kelas X
Bagi yang memerlukan buku BSE fisika kelas X dapat didownload melalui link berikut
1. Buku fisika kelas X karangan Sri Handayani download di sini
2. Buku fisika kelas X karangan Tri Widodo download di sini
Masih banyak lg, tunggu ya..
1. Buku fisika kelas X karangan Sri Handayani download di sini
2. Buku fisika kelas X karangan Tri Widodo download di sini
Masih banyak lg, tunggu ya..
BUKU FISIKA BSE KELAS XI
Ada Beberapa buku pegangan Fisika yang dapat anda peroleh secara gratis.
Bagi yang membutuhkan buku-buku pelajaran fisika kelas XI dapat mendowload melalui link berikut
1. Karangan Setya Nurachmadani download di sini
2. Karangan tri Widodo download di sini
Masih banyak lagi, jadi tunggu ya...
Bagi yang membutuhkan buku-buku pelajaran fisika kelas XI dapat mendowload melalui link berikut
1. Karangan Setya Nurachmadani download di sini
2. Karangan tri Widodo download di sini
Masih banyak lagi, jadi tunggu ya...
(ALAT PENYIMPAN DATA)
(ALAT PENYIMPAN DATA)
A Universal approach for template-directed Assembly of ultrahigh density
magnetic nanodot array
A. Latar Belakang
Ultrahigh density magnetic sebagai alat penyimpan data semakin berkembang seiring dengan besarnya kebutuhan penyimpanan data. Salah satu aspek yang dikembangkan adalah peningkatan kapasitas penyimpanan. Peningkatan kapasitas penyimpanan dilakukan dengan memperkecil ukuran “bit” sebagai satuan penyimpan data.
Data disimpan dalam bentuk kode-kode dan disimpan dalam bahan ferromagnetic dalam ‘kotak” peyimpanan yang disebut dengan Bit dan setiap bit menyimpan satu kode. Semula untuk satu buah bit digunakan satu butir partikel magnetic (dalam pita kaset tipe) dan satu buah grain bahan ferromagnetic (dalam harddisk dan disket), beberapa kelemahan ditemukan antarlain
(1) kapasitas sangat terbatas,
(2) gangguan (Noise) sangat besarnya dan,
(3) medan luar yang digunakan untuk menginduksi induksi bahan ferromagnetic tersebut juga relatif besar.
Era baru muncul dengan penggunaan “patern” sebagai satuan bagian penyimpan data. Patern ini diwakili oleh nanodot (titik) sebagai pengganti grain (butir). Satu buah buah nanodot dapat puluhan hingga ratusan kali lebih kecil dari pada grain. Sehingga kapasitas penyimpanan juga meningkat hingga ratusan kali lebih besar. Patern dihasilkan melalui penggunaan cetakan polimer. 2 buah blok polimer jika dicapurkan akan membentuk susunan tertentu karena perbedaan fasa (phase sparation). Dengan teknik Etching didapatkan cetakan polimer dengan orde 5 sd 50 nm.
Salah satu hasil dari teknik ini adalah CoPt, FePt, FePd nanodot yang memiliki kapasitas 10 kali lebih besar dari pengunaan grain. Hambatan yang ditemukan adalah;
(1) rendahnya koersivitas yang dihasilkan dan
(2) dibutuhkan proses bertahap.
Koersivitas nanodot dapat ditingkatkan dengan anneling suhu tinggi, tetapi akan berakibat merusak susunan yang telah terjadi. Pembuatan nanodot umumnya terdiri dari 2 tahap yakni sintesis nanodot dengan menggunakan surfaktan dan penyusunan pada substrat melalui teknik pelapisan.
Teknik pelapisan juga bagian penting dari penyusunan nanodot. Pelapisan dengan menggunakan vapor deposition selain mahal juga dapat merusak susunan dikarenakan penggunaan suhu tinggi pada metode ini.
Beberapa kelemahan ini yang kemudian mendorong munculnya ide untuk membuat sebuah metode simpel (1 tahap), yang dapat menghasilkan nanodot dengan koersivitas yang tinggi tanpa merusak susunannya,
B. Eksperiment
1. Pembuatan cetakan PS-PMMA
Pembuatan cetakan PS-PMMA dilakukan melalui beberapa tahap. Langkah pertama adalah pencucian lapisan silikon dengan menggunakan larutan Piranha yakni campuran H2SO4 dan H2O2 dengan perbandingan 6 : 4. Pencucian ini dilakukan selama 1 jam pada suhu 120oC. Proses dilanjutkan dengan coating spin lapisan silicon menggunakan PS-r-PMMA diikuti annealing pada suhu 150oC selama 24 Jam pada wadah vakum.
Proses Coating spin kedua dilakukan dengan menggunakan PS-b-PMMA yang telah dicampur dengan 2% (w/v) Toluena. PS-b-PMMA memiliki berat molekul 67 kgmol-1 (MPS = 46 kg mol-1, MPMMA = 21 kg mol-1). Dan diikuti dengan Annealing selama 24 jam pada suhu 190oC pada wadah vakum. Proses selanjutnya adalah proses Etching yang dilakukan pada wadah vakum dengan menggunakan gas oksigen dengan tekanan 100 mTorr dan 50 W RF.
2. Pembuatan CoPt Nanostruktur
Precursor CoPt dihasilkan dengan mengaduk 10 ml Larutan Ethanol berisi (1 mmol CoCl2.6H2O + 1 mmol H2PtCl6.6H2O + 4 mmol Citrid Acid Monohydrate ) selama 3 jam pada suhu 80oC. Larutan tersebut selanjutnya dilapiskan pada cetakan PS berpori melalui proses Spin coating dengan kecepatan putaran 3000 sd 5000 rpm selama 45 detik dilanjutkan dengan pemanasan selama 10 menit pada suhu 120oC.
Pelepasan cetakan dari Prekursor CoPt dilakukan dengan melarutkan cetakan dalam larutan toluene dan dilanjutkan dengan annealing pada suhu 700oC dengan dialiri gas N2/H2 selam 30 menit.
3. Karakterisasi
Ketebalan cetakan block kopolimer dilakukan dengan menggunakan Woollam M2000D Spectroscopic Ellipsometer. Morfologi lapisan diuji dengan mengunakan Hitachi S-4800 FE-SEM dengan tegangan 3 kV. Pola difraksi dilihat dengan menggunakan XRD sementara magnetisasi diukur dengan menggunakan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) magnetometer pada suhu ruang.
C. Hasil
Cetakan (template) PS berpori dapat terbentuk dalam keteraturan yang tinggi disebabkan perbedaan tingkat Etching (Ps : PMMA = 1 nms-1 : 3 nms-1).
Proses Etching bertujuan untuk membuat pori pada cetakan PS serta membuat cetakan bersifat hidrophilik. Sebelum dilakukan etching dengan plasma oksgen tebal Film 70 nm, diameter silinder PMMA 19 nm dan jarak dengan tetangga (pusat-pusat) 39 nm (gambar 2 ). Perubahan ketebalan menjadi 30 nm sementara diameter pori 19 nm dan jarak dengan tetangga 39 nm.
Ukuran CoPt Nanodot dapat dikontrol melalui dua hal, Pertama dengan mengkontrol ukuran pori cetakan (template). Ukuran pori dikontrol melalui molekul weight Block polimer. Cara kedua untuk mengkontrol ukuran nanodot CoPt adalah dengan mengubah konsentrasi precursor. Ukuran nanodot CoPt naik seiring dengan kenaikan konsentrasi perkusor. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. (a) Precursor dengan konsentrasi 0.02 g ml-1 jarak pisah 19 nm ukuran diameter nanodot 19 nm (b) Precursor dengan konsentrasi 0.008 g ml-1
Larutan CoPt masuk dapat masuk kedalam pori PS karena daya kapilaritas, Proses Etching selain berfungsi membuat pori tetapi juga membuat pori PS template bersifat hidropilik. Sifat hidrophilik meningkatkan daya kapilaritas. Ps template (Cetakan) dilarutkan pd larutan Toluene sehingga tersisa precursor CoPt hal ini disebabkan precursor CoPt tidak larut pada Toluene. Gas N2/H2 dialirkan pada proses Annealing berfungsi untuk merubah precursor CoPt berubah menjadi CoPt nanopartikel.
Gambar 4 menunjukkan hasil XRD dan hasil Uji kemagnetan denagn menggunakan SQUID. Hasil XRD menunjukan fasa Tetragonal dan ditunjukkan dengan ditandai dengan munculnya puncak (001), (110) dan (201) . Sifat kemagnetan diukur dengan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) magnetometer pada suhu ruang. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai koersivitas yang besar mencapai 10,2 KOe. Sebagai catatan pada beberapa penelitian sebelumnya nilai koersivitas CoPt berada pada kisaran nilai 5 KOe. Besarnya nilai koersivitas ini disebabkan komposisi dan jarak pisah yang seragam. Jarak pisah menyebabkan berkurannya interaksi antara nanodot.
Gambar 4. Hasil XRD dan SQUID pada CoPt nanostruktur
Salah satu keunggulan dari metode ini adalah dapat diaplikasikan pada precursor lain. sebagai contoh, telah dibuat CoFe2O4 nanostruktur dengan diameter rata-rata 17 nm dengan melalui proses annealing pada suhu 600oC.
Hasil menunjukkan fasa tunggal dan kehomogenan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. CoFe2O4 nanostruktur dan hasil XRD
D. Kesimpulan
Metode Block Copolymer lithography dapat digunakkan untuk menghasilkan nanodot Ferromagnetik dengan keteraturan tinggi. Ukuran CoPt nanodot dapat dikontrol dengan variasi konsentrasi precursor. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai koersivitas yang tinggi yakni pada kisaran 10,2 KOe. Metode ini juga dapat diterapkan pada precursor jenis lain.
A Universal approach for template-directed Assembly of ultrahigh density
magnetic nanodot array
A. Latar Belakang
Ultrahigh density magnetic sebagai alat penyimpan data semakin berkembang seiring dengan besarnya kebutuhan penyimpanan data. Salah satu aspek yang dikembangkan adalah peningkatan kapasitas penyimpanan. Peningkatan kapasitas penyimpanan dilakukan dengan memperkecil ukuran “bit” sebagai satuan penyimpan data.
Data disimpan dalam bentuk kode-kode dan disimpan dalam bahan ferromagnetic dalam ‘kotak” peyimpanan yang disebut dengan Bit dan setiap bit menyimpan satu kode. Semula untuk satu buah bit digunakan satu butir partikel magnetic (dalam pita kaset tipe) dan satu buah grain bahan ferromagnetic (dalam harddisk dan disket), beberapa kelemahan ditemukan antarlain
(1) kapasitas sangat terbatas,
(2) gangguan (Noise) sangat besarnya dan,
(3) medan luar yang digunakan untuk menginduksi induksi bahan ferromagnetic tersebut juga relatif besar.
Era baru muncul dengan penggunaan “patern” sebagai satuan bagian penyimpan data. Patern ini diwakili oleh nanodot (titik) sebagai pengganti grain (butir). Satu buah buah nanodot dapat puluhan hingga ratusan kali lebih kecil dari pada grain. Sehingga kapasitas penyimpanan juga meningkat hingga ratusan kali lebih besar. Patern dihasilkan melalui penggunaan cetakan polimer. 2 buah blok polimer jika dicapurkan akan membentuk susunan tertentu karena perbedaan fasa (phase sparation). Dengan teknik Etching didapatkan cetakan polimer dengan orde 5 sd 50 nm.
Salah satu hasil dari teknik ini adalah CoPt, FePt, FePd nanodot yang memiliki kapasitas 10 kali lebih besar dari pengunaan grain. Hambatan yang ditemukan adalah;
(1) rendahnya koersivitas yang dihasilkan dan
(2) dibutuhkan proses bertahap.
Koersivitas nanodot dapat ditingkatkan dengan anneling suhu tinggi, tetapi akan berakibat merusak susunan yang telah terjadi. Pembuatan nanodot umumnya terdiri dari 2 tahap yakni sintesis nanodot dengan menggunakan surfaktan dan penyusunan pada substrat melalui teknik pelapisan.
Teknik pelapisan juga bagian penting dari penyusunan nanodot. Pelapisan dengan menggunakan vapor deposition selain mahal juga dapat merusak susunan dikarenakan penggunaan suhu tinggi pada metode ini.
Beberapa kelemahan ini yang kemudian mendorong munculnya ide untuk membuat sebuah metode simpel (1 tahap), yang dapat menghasilkan nanodot dengan koersivitas yang tinggi tanpa merusak susunannya,
B. Eksperiment
1. Pembuatan cetakan PS-PMMA
Pembuatan cetakan PS-PMMA dilakukan melalui beberapa tahap. Langkah pertama adalah pencucian lapisan silikon dengan menggunakan larutan Piranha yakni campuran H2SO4 dan H2O2 dengan perbandingan 6 : 4. Pencucian ini dilakukan selama 1 jam pada suhu 120oC. Proses dilanjutkan dengan coating spin lapisan silicon menggunakan PS-r-PMMA diikuti annealing pada suhu 150oC selama 24 Jam pada wadah vakum.
Proses Coating spin kedua dilakukan dengan menggunakan PS-b-PMMA yang telah dicampur dengan 2% (w/v) Toluena. PS-b-PMMA memiliki berat molekul 67 kgmol-1 (MPS = 46 kg mol-1, MPMMA = 21 kg mol-1). Dan diikuti dengan Annealing selama 24 jam pada suhu 190oC pada wadah vakum. Proses selanjutnya adalah proses Etching yang dilakukan pada wadah vakum dengan menggunakan gas oksigen dengan tekanan 100 mTorr dan 50 W RF.
2. Pembuatan CoPt Nanostruktur
Precursor CoPt dihasilkan dengan mengaduk 10 ml Larutan Ethanol berisi (1 mmol CoCl2.6H2O + 1 mmol H2PtCl6.6H2O + 4 mmol Citrid Acid Monohydrate ) selama 3 jam pada suhu 80oC. Larutan tersebut selanjutnya dilapiskan pada cetakan PS berpori melalui proses Spin coating dengan kecepatan putaran 3000 sd 5000 rpm selama 45 detik dilanjutkan dengan pemanasan selama 10 menit pada suhu 120oC.
Pelepasan cetakan dari Prekursor CoPt dilakukan dengan melarutkan cetakan dalam larutan toluene dan dilanjutkan dengan annealing pada suhu 700oC dengan dialiri gas N2/H2 selam 30 menit.
3. Karakterisasi
Ketebalan cetakan block kopolimer dilakukan dengan menggunakan Woollam M2000D Spectroscopic Ellipsometer. Morfologi lapisan diuji dengan mengunakan Hitachi S-4800 FE-SEM dengan tegangan 3 kV. Pola difraksi dilihat dengan menggunakan XRD sementara magnetisasi diukur dengan menggunakan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) magnetometer pada suhu ruang.
C. Hasil
Cetakan (template) PS berpori dapat terbentuk dalam keteraturan yang tinggi disebabkan perbedaan tingkat Etching (Ps : PMMA = 1 nms-1 : 3 nms-1).
Proses Etching bertujuan untuk membuat pori pada cetakan PS serta membuat cetakan bersifat hidrophilik. Sebelum dilakukan etching dengan plasma oksgen tebal Film 70 nm, diameter silinder PMMA 19 nm dan jarak dengan tetangga (pusat-pusat) 39 nm (gambar 2 ). Perubahan ketebalan menjadi 30 nm sementara diameter pori 19 nm dan jarak dengan tetangga 39 nm.
Ukuran CoPt Nanodot dapat dikontrol melalui dua hal, Pertama dengan mengkontrol ukuran pori cetakan (template). Ukuran pori dikontrol melalui molekul weight Block polimer. Cara kedua untuk mengkontrol ukuran nanodot CoPt adalah dengan mengubah konsentrasi precursor. Ukuran nanodot CoPt naik seiring dengan kenaikan konsentrasi perkusor. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. (a) Precursor dengan konsentrasi 0.02 g ml-1 jarak pisah 19 nm ukuran diameter nanodot 19 nm (b) Precursor dengan konsentrasi 0.008 g ml-1
Larutan CoPt masuk dapat masuk kedalam pori PS karena daya kapilaritas, Proses Etching selain berfungsi membuat pori tetapi juga membuat pori PS template bersifat hidropilik. Sifat hidrophilik meningkatkan daya kapilaritas. Ps template (Cetakan) dilarutkan pd larutan Toluene sehingga tersisa precursor CoPt hal ini disebabkan precursor CoPt tidak larut pada Toluene. Gas N2/H2 dialirkan pada proses Annealing berfungsi untuk merubah precursor CoPt berubah menjadi CoPt nanopartikel.
Gambar 4 menunjukkan hasil XRD dan hasil Uji kemagnetan denagn menggunakan SQUID. Hasil XRD menunjukan fasa Tetragonal dan ditunjukkan dengan ditandai dengan munculnya puncak (001), (110) dan (201) . Sifat kemagnetan diukur dengan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) magnetometer pada suhu ruang. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai koersivitas yang besar mencapai 10,2 KOe. Sebagai catatan pada beberapa penelitian sebelumnya nilai koersivitas CoPt berada pada kisaran nilai 5 KOe. Besarnya nilai koersivitas ini disebabkan komposisi dan jarak pisah yang seragam. Jarak pisah menyebabkan berkurannya interaksi antara nanodot.
Gambar 4. Hasil XRD dan SQUID pada CoPt nanostruktur
Salah satu keunggulan dari metode ini adalah dapat diaplikasikan pada precursor lain. sebagai contoh, telah dibuat CoFe2O4 nanostruktur dengan diameter rata-rata 17 nm dengan melalui proses annealing pada suhu 600oC.
Hasil menunjukkan fasa tunggal dan kehomogenan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. CoFe2O4 nanostruktur dan hasil XRD
D. Kesimpulan
Metode Block Copolymer lithography dapat digunakkan untuk menghasilkan nanodot Ferromagnetik dengan keteraturan tinggi. Ukuran CoPt nanodot dapat dikontrol dengan variasi konsentrasi precursor. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai koersivitas yang tinggi yakni pada kisaran 10,2 KOe. Metode ini juga dapat diterapkan pada precursor jenis lain.
Selasa, 03 Mei 2011
Matematika dan kalkulus
1. Calculus lebih ke fisika link
2. calculus lebih ke matematika link
del link http://www.ziddu.com/delete/432199049/14845472/Calculuslebihkearahfisika.pdf.html
1. Calculus lebih ke fisika link
2. calculus lebih ke matematika link
del link http://www.ziddu.com/delete/432199049/14845472/Calculuslebihkearahfisika.pdf.html
Rabu, 16 Maret 2011
REMIDI FISIKA KELAS XA dan XB
Bagi siswa Kelas XA dan XB yang nilai Fisika pada semester Ganjil belum memenuhi KKM dan berniat memperbaiki nilai dapat mendownload soal di bawah ini dengan ketentuan.
1. Download soal pada link yang tersedia
2. Pada kotak komentar dibawahnya ; sebutkan nama dan kode sesuai tanggal download
(sebagai bukti bahwa anda telah menggambil soal dengan kode sesuai, Soal dapat berubah/ganti dalam kurun tertentu)
3. Kumpulkan pada hari sabtu atau lewat e-mail qulubz @yahoo.com
Soal kode A tanggal 17 sd 20 Maret 2011 --> download di sini
Soal kode B tanggal 21 sd 25 Maret 2011 --> download di sini
Soal kode C tanggal 26 sd 30 Maret 2011 --> download di sini
Selasa, 15 Maret 2011
Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDS)
Scanning Electron Microscope dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM EDS)
Oleh
MUNAWIRUL QULUB
A. Manfaat dan Fungsi Alat
Scanning Elekron Microscope dan Energy-Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS) merupakan alat yang memiliki kemampuan memberikan informasi secara langsung tentang topografi (teksture permukaan sampel), morfologi (bentuk dan ukuran ), komposisi (unsur penyusun sampel), serta Informasi kristalografi (susunan atom penyusunan sampel).
B. Teori Dasar
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Resolusi cahaya hanya mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron mencapai 0,1 – 0,2 nm. Berikut ini diberikan perbandingan gambar hasil mikroskop cahaya dengan gambar hasil mikroskop elektron.
Gambar 1 Perbandingan resolusi hasil Mikroskop Optik dengan SEM
(Vick Guo, 2005)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan piranti yang menggunakan elektron untuk menguji suatu obyek. Elektron ditembakan dan berinteraksi dengan bahan sehingga menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang permukaan bahan meliputi topografi, morfologi, komposisi serta informasi kristalogafi.
Interaksi elektron dengan atom sampel akan menghasilkan berbagai macam sinyal termasuk diantaranya secondary electron (SE), back-scattered electron (BSE), sinar-X karakteristik, elektron Auger serta cathodaluminance (Gambar 1). Sebuah alat biasanya tidak memiliki kelengkapan untuk memindai semua sinyal tersebut. SEM-EDS menggunakan secondary electron, back-scattered electron, sinar-X karakteristik sebagai dasar pemindaian bahan.
Interaksi elektron dengan atom sampel ketika tumbukkan terjadi akan menimbulkan dua jenis pantulan elektron yaitu pantulan non-elastis dan pantulan elastis seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 Jenis pantulan elektron hasil interaksi dengan atom sampel
(Vick Guo, 2005)
Pantulan non-elastis terjadi pada secondary electron sementara pantulan elastis terjadi pada back-scatered electron. Dua jenis elekron tersebut akan menghasilkan gambar yang berbeda. Secondary electron menghasilkan informasi tentang perbedaan topografi dari sampel yang dianalisa. Back-scatered electron memberikan informasi tentang perbedaan berat molekul dari atom– atom yang menyusun permukaan sampel.
Mekanisme kontras secondary electron dijelaskan melalui Gambar 4. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.
Mekasime kontras backscattered electron dihasilkan oleh perbedaan jumlah pantulan elektron. Atom– atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 4 dan 5
EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) digunakan untuk mengenali jenis atom pada permukaan yang mengandung multi atom. Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM memiliki fitur ini. Informasi yang dihasilkan EDS didapatkan dari sinar-X karakteristik, yaitu sinar-X yang dihasilkan ketika elektron dari kulit luar berpindah ke kulit yang lebih dalam. Setiap kulit atom memiliki energi tertentu, untuk memenuhi aturan tersebut maka elektron dari kulit luar harus melepaskan sebagian energi untuk dapat berpindah ke kulit atom yang lebih dalam. Energi yang dilepas dipancarkan dalam bentuk sinar-X.
Energi pancaran elektron dalam bentuk sinar X akan dideteksi dan dihitung oleh energy-dispersive spectrometer (EDS) dan akan dihasilkan keluaran berupa grafik puncak–puncak tertentu yang mewakili unsur yang terkandung. EDS juga memiliki kemampuan untuk melakukan elemental maping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda–beda dari masing – masing elemen di permukaan bahan. EDS juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentase masing–masing elemen.
C. Prinsip Kerja Instrumen
Elektron yang digunakan sebagai pemindai dihasilkan oleh sebuah pistol elektron melalui proses Thermionik. Arus elektron tersebut kemudian dipercepat dengan memberikan beda potensial. Lensa elektromagnetik dan kondenser digunakan untuk membentuk , memusatkan serta untuk mengeliminasi elektron yang memiliki sudut cukup besar. Kondenser kedua digunakan untuk membentuk arus elektron menjadi lebih terpusat, lebih tipis dan lebih koheren. Apartur obyektif diset dan digunakan untuk menghilangkan keberadaan elektron yang memiliki sudut besar.
Kumparan scan diatur untuk menentukan besar petak (grid) yang berkaitan dengan kecepatan pindai yang umumnya dalam orde mikrosekon. Lensa obyektif digunakan untuk mefokuskan arus elektron pada daerah yang dikehendaki. Ketika berkas elektron menumbuk sampel maka sinyal hasil interaksi akan dideteksi, dan sebelum berkas elektron selanjutnya menumbuk petak (grid) lain, hasil interaksi akan ditampilkan pada CRT dalam bentuk pixel. Proses ini akan berulang sampai seluruh petak terpindai.
D. Aplikasi
SEM-EDS dapat diaplikasikan sesuai dengan tujuan penggunaanya yang berkaitan dengan topografi, morfologi, komposisi, serta Informasi kristalografi sampel. Berikut akan diberikan beberapa contoh aplikasi SEM EDS.
SEM dapat digunakan untuk melihat morfologi dan topografi kristal Fe3O4 Oktahedron akibat variasi konsentrasi NaOH dan variasi pemanasan. Dikutip dari jurnal dengan judul Formation,characterization,and magnetic properties of Fe3O4 microoctahedrons (L.Chitu dkk, 2006).
Gambar 7. Aplikasi SEM untuk melihat morfologi (bentuk ) dan topografi (ukuran)
kristal suatu sampel dengan perlakuan berbeda (sumber gambar : Junhao
Zhang dkk, 2007 )
Gambar 7 memperlihatkan bentuk kristal Fe3O4 yang dihasilkan melalui metode kopresipitasi dengan konsentrasi basa (NaOH) yang berbeda (Gbr. 7.a), dan dengan pemanasan yang berbeda (Gbr.7.b). Perbedaan morfologi (bentuk) dan topografi (ukuran) kristal dapat terlihat jelas. Gambar tersebut diperoleh melalui SEM dengan mengunakan secondary electron (SE).
SEM dapat digunakan untuk melihat kristalogarfi dan topografi bentuk kristal CoFe2O4 dan Fe3O4. Dikutip dari jurnal dengan judul Structure and magnetic properties of CoFe2O4 and Fe3O4 nanoparticles (L.Chitu dkk, 2006).
Gambar 8 Aplikasi SEM untuk melihat kristalografi dan topografi kristal suatu
sampel dengan perlakuan berbeda (sumber gambar : L.Chitu dkk,
2006)
Gambar di atas memperlihatkan kristalografi kristal Fe3O4 (gbr.a) dan kristalografi kristal CoFe2O4 (gbr.b) yang dihasilkan melalui pemberian doping Si/Si2N4. Kristal Fe3O4 membentuk rangkaian spherical sedangkan kristal CoFe2O4 membentuk rangkaian heksagonal. Gambar tersebut dihasilkan oleh SEM dengan menggunakan secondary electron (SE).
Salah satu manfaat dari penggunaan SEM-EDS adalah untuk mengetahui komposisi suatu bahan baik secara langsung melalui gambar (sebaran suatu unsur pada permukaan bahan atau pemetaan elemen), juga secara kuantitas melalui output yang dihasilkan EDS berupa grafik dan angka.
Gambar 9. Aplikasi SEM-EDS untuk melihat komposisi dan membuat pemetaan
elemen suatu bahan (sumber gambar : http//www.material cerdas
Indonesia.com )
Gambar 9.a didapatkan melalui SEM dengan menggunakan backscattered electron. Elemen yang berwarna cerah menggambarkan unsur dengan berat molekul tinggi sedangkan elemen yang berwarna gelap mengambarkan unsur dengan berat molekul rendah sehingga diketahui keberadaan dan sebaran dari suatu unsur.
Mekanisme kontras hasil SEM tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis suatu unsur. EDS digunakan untuk mengenali jenis unsur sehingga dapat diketahui secara pasti jenis unsur yang terkandung dalam sampel beserta kuantitasnya (Gbr. 9.b dan Gbr. 9.c)
MAAF GAMBAR TIDAK DITAMPILKAN SECARA KESELURUHAN
Oleh
MUNAWIRUL QULUB
A. Manfaat dan Fungsi Alat
Scanning Elekron Microscope dan Energy-Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS) merupakan alat yang memiliki kemampuan memberikan informasi secara langsung tentang topografi (teksture permukaan sampel), morfologi (bentuk dan ukuran ), komposisi (unsur penyusun sampel), serta Informasi kristalografi (susunan atom penyusunan sampel).
B. Teori Dasar
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Resolusi cahaya hanya mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron mencapai 0,1 – 0,2 nm. Berikut ini diberikan perbandingan gambar hasil mikroskop cahaya dengan gambar hasil mikroskop elektron.
Gambar 1 Perbandingan resolusi hasil Mikroskop Optik dengan SEM
(Vick Guo, 2005)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan piranti yang menggunakan elektron untuk menguji suatu obyek. Elektron ditembakan dan berinteraksi dengan bahan sehingga menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang permukaan bahan meliputi topografi, morfologi, komposisi serta informasi kristalogafi.
Interaksi elektron dengan atom sampel akan menghasilkan berbagai macam sinyal termasuk diantaranya secondary electron (SE), back-scattered electron (BSE), sinar-X karakteristik, elektron Auger serta cathodaluminance (Gambar 1). Sebuah alat biasanya tidak memiliki kelengkapan untuk memindai semua sinyal tersebut. SEM-EDS menggunakan secondary electron, back-scattered electron, sinar-X karakteristik sebagai dasar pemindaian bahan.
Interaksi elektron dengan atom sampel ketika tumbukkan terjadi akan menimbulkan dua jenis pantulan elektron yaitu pantulan non-elastis dan pantulan elastis seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 Jenis pantulan elektron hasil interaksi dengan atom sampel
(Vick Guo, 2005)
Pantulan non-elastis terjadi pada secondary electron sementara pantulan elastis terjadi pada back-scatered electron. Dua jenis elekron tersebut akan menghasilkan gambar yang berbeda. Secondary electron menghasilkan informasi tentang perbedaan topografi dari sampel yang dianalisa. Back-scatered electron memberikan informasi tentang perbedaan berat molekul dari atom– atom yang menyusun permukaan sampel.
Mekanisme kontras secondary electron dijelaskan melalui Gambar 4. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.
Mekasime kontras backscattered electron dihasilkan oleh perbedaan jumlah pantulan elektron. Atom– atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 4 dan 5
EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) digunakan untuk mengenali jenis atom pada permukaan yang mengandung multi atom. Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM memiliki fitur ini. Informasi yang dihasilkan EDS didapatkan dari sinar-X karakteristik, yaitu sinar-X yang dihasilkan ketika elektron dari kulit luar berpindah ke kulit yang lebih dalam. Setiap kulit atom memiliki energi tertentu, untuk memenuhi aturan tersebut maka elektron dari kulit luar harus melepaskan sebagian energi untuk dapat berpindah ke kulit atom yang lebih dalam. Energi yang dilepas dipancarkan dalam bentuk sinar-X.
Energi pancaran elektron dalam bentuk sinar X akan dideteksi dan dihitung oleh energy-dispersive spectrometer (EDS) dan akan dihasilkan keluaran berupa grafik puncak–puncak tertentu yang mewakili unsur yang terkandung. EDS juga memiliki kemampuan untuk melakukan elemental maping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda–beda dari masing – masing elemen di permukaan bahan. EDS juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentase masing–masing elemen.
C. Prinsip Kerja Instrumen
Elektron yang digunakan sebagai pemindai dihasilkan oleh sebuah pistol elektron melalui proses Thermionik. Arus elektron tersebut kemudian dipercepat dengan memberikan beda potensial. Lensa elektromagnetik dan kondenser digunakan untuk membentuk , memusatkan serta untuk mengeliminasi elektron yang memiliki sudut cukup besar. Kondenser kedua digunakan untuk membentuk arus elektron menjadi lebih terpusat, lebih tipis dan lebih koheren. Apartur obyektif diset dan digunakan untuk menghilangkan keberadaan elektron yang memiliki sudut besar.
Kumparan scan diatur untuk menentukan besar petak (grid) yang berkaitan dengan kecepatan pindai yang umumnya dalam orde mikrosekon. Lensa obyektif digunakan untuk mefokuskan arus elektron pada daerah yang dikehendaki. Ketika berkas elektron menumbuk sampel maka sinyal hasil interaksi akan dideteksi, dan sebelum berkas elektron selanjutnya menumbuk petak (grid) lain, hasil interaksi akan ditampilkan pada CRT dalam bentuk pixel. Proses ini akan berulang sampai seluruh petak terpindai.
D. Aplikasi
SEM-EDS dapat diaplikasikan sesuai dengan tujuan penggunaanya yang berkaitan dengan topografi, morfologi, komposisi, serta Informasi kristalografi sampel. Berikut akan diberikan beberapa contoh aplikasi SEM EDS.
SEM dapat digunakan untuk melihat morfologi dan topografi kristal Fe3O4 Oktahedron akibat variasi konsentrasi NaOH dan variasi pemanasan. Dikutip dari jurnal dengan judul Formation,characterization,and magnetic properties of Fe3O4 microoctahedrons (L.Chitu dkk, 2006).
Gambar 7. Aplikasi SEM untuk melihat morfologi (bentuk ) dan topografi (ukuran)
kristal suatu sampel dengan perlakuan berbeda (sumber gambar : Junhao
Zhang dkk, 2007 )
Gambar 7 memperlihatkan bentuk kristal Fe3O4 yang dihasilkan melalui metode kopresipitasi dengan konsentrasi basa (NaOH) yang berbeda (Gbr. 7.a), dan dengan pemanasan yang berbeda (Gbr.7.b). Perbedaan morfologi (bentuk) dan topografi (ukuran) kristal dapat terlihat jelas. Gambar tersebut diperoleh melalui SEM dengan mengunakan secondary electron (SE).
SEM dapat digunakan untuk melihat kristalogarfi dan topografi bentuk kristal CoFe2O4 dan Fe3O4. Dikutip dari jurnal dengan judul Structure and magnetic properties of CoFe2O4 and Fe3O4 nanoparticles (L.Chitu dkk, 2006).
Gambar 8 Aplikasi SEM untuk melihat kristalografi dan topografi kristal suatu
sampel dengan perlakuan berbeda (sumber gambar : L.Chitu dkk,
2006)
Gambar di atas memperlihatkan kristalografi kristal Fe3O4 (gbr.a) dan kristalografi kristal CoFe2O4 (gbr.b) yang dihasilkan melalui pemberian doping Si/Si2N4. Kristal Fe3O4 membentuk rangkaian spherical sedangkan kristal CoFe2O4 membentuk rangkaian heksagonal. Gambar tersebut dihasilkan oleh SEM dengan menggunakan secondary electron (SE).
Salah satu manfaat dari penggunaan SEM-EDS adalah untuk mengetahui komposisi suatu bahan baik secara langsung melalui gambar (sebaran suatu unsur pada permukaan bahan atau pemetaan elemen), juga secara kuantitas melalui output yang dihasilkan EDS berupa grafik dan angka.
Gambar 9. Aplikasi SEM-EDS untuk melihat komposisi dan membuat pemetaan
elemen suatu bahan (sumber gambar : http//www.material cerdas
Indonesia.com )
Gambar 9.a didapatkan melalui SEM dengan menggunakan backscattered electron. Elemen yang berwarna cerah menggambarkan unsur dengan berat molekul tinggi sedangkan elemen yang berwarna gelap mengambarkan unsur dengan berat molekul rendah sehingga diketahui keberadaan dan sebaran dari suatu unsur.
Mekanisme kontras hasil SEM tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis suatu unsur. EDS digunakan untuk mengenali jenis unsur sehingga dapat diketahui secara pasti jenis unsur yang terkandung dalam sampel beserta kuantitasnya (Gbr. 9.b dan Gbr. 9.c)
MAAF GAMBAR TIDAK DITAMPILKAN SECARA KESELURUHAN
Minggu, 13 Maret 2011
Contoh soal Ujian Praktikum Fisika
saya memiliki beberapa contoh Soal Ujian Praktikum Fisika.
Jika berkenan, silahkan digunakan sekalian mohon masukkannya. tetapi jika anda memiliki versi lain atau yang lebih baik mohon saya dikirimi juga lewat email qulubz@yahoo.com, terima kasih ..he..he..,
link download
1. Link download --> Contoh soal
2. link download --> Gelombang Suara
3. Link download --> Motor listrik sederhana
Jika berkenan, silahkan digunakan sekalian mohon masukkannya. tetapi jika anda memiliki versi lain atau yang lebih baik mohon saya dikirimi juga lewat email qulubz@yahoo.com, terima kasih ..he..he..,
link download
1. Link download --> Contoh soal
2. link download --> Gelombang Suara
3. Link download --> Motor listrik sederhana
Selasa, 15 Februari 2011
Tugas Perbaikan
AKADEMI AKUPUNTUR SURABAYA (AAS)
A. Nilai Fisika semua Mahasiswa dapat dilihat di link berikut.
Link Nilai --> link
B. Tugas perbaikan
Terdapat 3 tugas berbeda (telah disesuaikan dengan nama Mahasiswa)
Bobot Tugas disesuaikan dengan kekurangan nilai.
Dikirimkan melalui e-mail dengan alamat: qulubz@yahoo.com paling lambat besok pukul 12.00 siang. harap dikerjakan dengan benar sehingga target nilai dapat dipenuhi
Tugas perbaikan dapat didownload melalui link dibawah ini:
1. M. Wardi --> Download link
2. AriaPanji --> Download link
3. NoviSagita --> Download link
(bila ada permasalahan dengan link ini mohon hubungi saya)
A. Nilai Fisika semua Mahasiswa dapat dilihat di link berikut.
Link Nilai --> link
B. Tugas perbaikan
Terdapat 3 tugas berbeda (telah disesuaikan dengan nama Mahasiswa)
Bobot Tugas disesuaikan dengan kekurangan nilai.
Dikirimkan melalui e-mail dengan alamat: qulubz@yahoo.com paling lambat besok pukul 12.00 siang. harap dikerjakan dengan benar sehingga target nilai dapat dipenuhi
Tugas perbaikan dapat didownload melalui link dibawah ini:
1. M. Wardi --> Download link
2. AriaPanji --> Download link
3. NoviSagita --> Download link
(bila ada permasalahan dengan link ini mohon hubungi saya)
Langganan:
Postingan (Atom)